METODE PENELITIAN
Sardin Zainuddin
Kamis, 17 Oktober 2019
Kamis, 21 Maret 2019
Sabtu, 01 Desember 2018
PENGENDALIAN BANJIR DAN KEKERINGAN
MAKALAH
PENGENDALIAN
BANJIR DAN KEKERINGAN
Disusun
Oleh:
SARDIN
: 16 630 122
PROGRAM
STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
DAYANU IKHSANUDDIN
BAUBAU
2018
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkankehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-
Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah banjir dan kekeringan. Penulis
mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran
pengerjaan
makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kekeliruan,
ini disebabkan karena sisi keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
penulis.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun
dari pembaca.
Harapan
penulis agar makalah ini dapat berguna sebagai bahan referensi yang
bermanfaat
bagi kita semua.
Baubau, November 2018
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Banjir
dan kekeringan merupakan satu paket permasalahan umum yang terjadi di
sebagian
wilayah Indonesia, terutama di daerah padat penduduk misalnya di
kawasan
perkotaan. Oleh karena itu kerugian yang ditimbulkannya besar baik dari
segi
materi maupun kerugian jiwa, maka sudah selayaknya permasalahan banjir
dan
kekeringan perlu mendapatkan perhatian yang serius dan merupakan
permasalahan
kita semua. Dengan anggapan bahwa, permasalahan banjir dan
kekeringan
merupakan masalah umum, sudah semestinya dari berbagai pihak
perlu
memperhatikan hal-hal yang dapat mengakibatkan banjir dan kekeringan
dan
sedini mungkin diantisipasi, untuk memperkecil kerugian yang ditimbulkan.
Program
pengendalian banjir dan kekeringan membutuhkan dana besar yang
diperlukan
untuk pembiayaan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan
pengamanan
maupun pengendalian banjir dan kekeringan. Di samping itu,
masyarakat
yang berada pada daerah rawan banjir dan kekeringan setiap saat
memerlukan
rasa aman dari pengaruh akibat banjir dan kekeringan. Dengan dana
yang
terbatas pengendalian banjir dan kekeringan harus dilakukan seoptimal
mungkin
dan dilaksanakan menurut rencana dan prioritas yang baik.
Akibat
peningkatan penduduk, lahan yang dibutuhkan akan makin besar sehingga
juga
meningkatkan nilai ekonomis penggunaan lahan. Oleh karena itu di daerah
1.2
Batasan Masalah
Makalah
ini menitikberatkan pada sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh banjir
dan
kekeringan serta cara-cara mengendalikannya sehingga dapat meminimalis
dampak
yang ditimbulkan.
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan banjir dan kekeringan
2.
Mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh banjir dan kekeringan
3.
Mengetahui cara pengendalian banjir dan kekeringan
BAB
II
ISI
Banjir
adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan
dan terjadi karena limpasan air banjir dari sungai karena debit banjir tidak
mampu
dialirkan oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari kapasitas
pengaliran
sungai yang ada.
Sedangkan
kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah
dalam
masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun).
Biasanya
kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami
curah
hujan di bawah rata-rata.
Peristiwa
banjir dan kekeringan sendiri tidak menjadi permasalahan, apabila tidak
mengganggu
terhadap aktivitas atau kepentingan manusia.
2.1
Sebab Terjadinya Banjir
Banyak
faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum
penyebab
terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir
yang
disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh
tindakan
manusia.
Yang
termasuk sebab-sebab alami diantaranya adalah :
Curah Hujan
Curah
hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan bilamana
melebihi
tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan.
Pengaruh Fisiografi
Fisiografi
atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan
daerah
pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik
(bentuk
penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material
dasar
sungai), lokasi sungai dll. Merupakan hal-hal yang mempengaruhi
terjadinya
banjir.
Erosi dan Sedimentasi
Erosi
di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang sungai.
Erosi
menjadi problem klasik sungai-sungai di Indonesia. Besarnya
sedimentasi
akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul genangan
dan
banjir di sungai. Sedimentasi juga menjadi masalah besar pada sungaisungai
di
Indonesia.
Kapasitas Sungai
Pengurangan
kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh
pengendapan
berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan
dan
sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup dan
adanya
penggunaan lahan yang tidak tepat.
Pengaruh air pasang
Air
pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir
bersamaan
dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir
menjadi
besar karena terjadi aliran balik (backwater).
Banjir
da n Ke keringan – K elompok 1 6
Yang
termasuk sebab-sebab banjir karena tindakan manusia adalah :
Perubahan Kondisi DPS
Perubahan
DPS seperti pengundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat,
perluasan
kota, dan perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk masalah
banjir
karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang
ada,
perubahan tataguna lahan memberikan konstribusi yang besar terhadap
naiknya
kuantitas dan kualitas banjir.
Kawasan Kumuh
Perumahan
kumuh yang terdapat di sepanjang sungai, dapat merupakan
penghambat
aliran. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting
terhadap
masalah banjir daerah perkotaan.
Sampah
Disiplin
masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan
tidak
baik, umumnya mereka langsung membuang sampah ke sungai. Di kotakota
besar
hal ini sangat mudah dijumpai. Pembuangan sampah dialur sungai
dapat
meninggikan muka air banjir karena menghalangi aliran.
Drainase Lahan
Drainase
perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantuan banjir
akan
mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang
tinggi.
Kapasitas Drainase yang tidak memadai
Hampir
semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan
yang
tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan
banjir
di musim hujan.
Bendung dan bangunan air
Bendung
dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi
muka
air banjir karena efek aliran balik (backwater ).
Kerusakan bangunan pengendali banjir
Pemeliharaan
yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga
menimbulkan
kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan
kuantitas
banjir.
Perencanaan sistem pengendali banjir tidak tepat
Beberapa
sistem pengendali banjir memang dapat mengurangi kerusakan
akibat
banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah
kerusakkan
selama banjir-banjir yang besar. Sebagai contoh bangunan tanggul
sungai
yang tinggi. Limpasan pada tanggul pada waktu terjadi banjir yang
melebihi
banjir rencana dapat menyebabkan keruntuhan tanggul,
menyebabkan
kecepatan aliran yang sangat besar yang melalui bobolnya
tanggul
sehingga menimbulkan banjir yang besar.
Diantara
sebab-sebab yang dapat mengakibatkan banjir di atas, yang perlu
diaspadai
adalah sebab-sebab yang ditimbulkan oleh manusia. Diantara faktofaktor
penyebab
itu perubahan DPS atau tata guna lahan menempati urutan
pertama.
Seperti juga di tempat lain, atas nama tutntutan perkembangan kota,
hutan
di daerah hulu juga semakin tipis dialihfungsikan menjadi lahan perumahan
dan
industri. Daerah resapan air (catchment area) semakin lama semakin sempit.
Tanah
tidak lagi terikat oleh akar-akar pohon sehingga mudah terjadi longsor,
yang
menembah resiko bencana ganda. Selain itu pula sungai yang dahulu
dipenuhi
tumbuhan sebagai benteng pengaman daerah sekitar menjadi gundul,
lalu
runtuh menyebabkan air sungai lebih cepat mengalir kedaerah yang lebih
rendah
atau sama dengan muka air sungai. Banjirpun semakin sering, mendadak
dan
parah akibatnya.
Air
hujan yang biasanya sempat terikat di akar-akar pohon, langsung menuju
sungai.
Pengalihan fungsi hutan mungkin tidak terhindarkan mengingat tingginya
desakan
penduduk di daerah perkotaan. Pada titik inilah kebijakan tata ruang
sebagai
dasar pengembangan wilayah, sesegera mungkin dirumuskan dengan
mengindahkan
karakteristik dan daya dukung lingkungan, tidak semata-mata atas
pertimbangan
ekonomi. Selanjutnya setiap kali terjadi pengalihan fungsi lahan,
mestinya
saat itu pula lagkah-langkah konservasi segera diberlakukan.. Namun
yang
terjadi tidak jarang malah sebaliknya, ribuan hutan telah berubah wujud
menjadi
puluhan kompleks perumahan kelas menengah dan mewah, tanpa
sedikitpun
dipikirkan upaya untuk memulihkan fungsi tangkapan air yang telah
hilang.
Tanah
di kota sebagian serta bangunan yang tidak terhitung lagi dikenali dengan
sedikit
bahkan tidak adanya lagi permukaan tanah yang berfungsi sebagai
penyerap
air. Air hujan langsung mengalir di atas permukaan tanah yang
kebanyakan
sudah disemen, seperti halaman-halaman, tepi jalan dan sebagainya.
Dengan
kondisi saluran drainase atau gorong-gorong yang baik dan lancar hal ini
tentu
tidak menjadi masalah, karena air akan dialirkan menuju saluran yang lebih
besar,
yaitu sungai. Akan tetapi, apabila saluran yang ada tidak berfungsi dengan
semestinya,
air hujan akan menuju daerah yang lebih rendah, terakumulasi
sehingga
menjadikan daerah tersebut rawan banjir.
2.2
Dampak Banjir
Seberapapun
besar atau kecilnya banjir akan mengakibatkan kerugian-kerugian
yaitu
kehilangan yang meliputi harta benda bahkan nyawa.
Karena
debit banjir yang besar bangunan-bangunan akan rusak dan hancur akibat:
daya
terjang banjir, terseret arus yang kuat, daya kikis genangan air, longsornya
tanah
di sekitar pondasi, dan tertabrak oleh benturan dengan benda berat yang
terseret
arus.
Di
daerah perkotaan yang merupakan pusat mobilitas ekonomi penduduk, apabila
terjadi
banjir dapat menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari yang berupa
kemacetan
lalu lintas dan gangguan listrik , tindak kriminal dan lain-lain.
Bangunan-bangunan
yang hancur meliputi bangunan rumah tinggal, bangunan
sekolah,
perkantoran, rumah ibadah dan bangunan lain yang merupakan fasilitas
masyarakat.
Hancur atau terbenamnya bangunan-bangunan tersebut tentu saja
akan
berpengaruh pada kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan, misalnya :
Rumah
yang terkena banjir tidak dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai
tempat
tinggal untuk sementara, sehingga penghuninya harus mengungsi ketempat
yang
lebih aman. Keadaan rumah yang tidak ada penghuninya dapat mengundang
tindak
kriminal seperti pencurian.
Hal
itu juga dapat terjadi pada fasilitas –fasilitas pertokoan, rumah ibadah,
sekolah
dan gedung-gedung lembaga masyarakat. Kegiatan ekonomi sehari-hari
masyarakat
seperti bekerja dikantor, dipasar, dan pendidikan juga terganggu
dengan
timbulnya kemacetan di ruas-ruas jalanterutama ruas jalan utama. Pada
keadaan
ini apabila air genangan banjir tidak dapat segera dialirkan ke saluransaluran
yang
semestinya dapat menimbulkan kecelakaan.Kecelakaan-kecelakaan
yang
terjadi selain disebabkan karena macet, juga karena tertutupnya permukaan
jalan
yang tidak merata.
Selain
bangunan-bangunan yang roboh banjir dengan debit yang besar dapat
menumbangkan
pohon, yang dapat menyebabkan jatuhnya korban jiwa, merusak
rumah
dan jika pohon itu mengenai fasilitas listrik seperti kabel listrik dan
telefonakan
mendatangkan bahaya.
Daerah
perkotaan yang berada disekitar daerah bantaran sungai merupakan
wilayah
yang harus diwaspadai terlebih dahulu apabila terjadi kenaikan muka air
sungai
yang berasal dari hujanlebat dengan durasi yang lama, terutama bila
pondasi
pemukiman-pemukinan tersebut langsung berhubungan dengan sungai,
arus
yang deras dapat mengikis pondasi. Pondasi yang tidak dapat menahan laju
arus
sungai maka terjadi longsor yang akan terbawa kedalam dan hanyut oleh
aliran
. Benda-benda yang tidak hanyut akan tenggelamdan menumpuk sebagai
endapan
besar didasar sungai. Hal ini mengakibatkan pandangan dan mengecilnya
kapasitas
tampungan sungai. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus dan tidak
ada
penanggulangannya berupa pengerukan atau pengadaan saluran banjir (flood
way)
saat kelebihan air dan terjadi banjir, banjir yang terjadi semakin besar
mendadak
dan parah dampaknya. Dari segala dampak banjir yang bersifat
struktural
diatas, banjir juga berdampak pada aspek-aspek non struktural seperti
kesehatan,
pariwisata dan sosial.
Dari
sisi pariwisata banjir yang sering terjadi dapat menguragi intensitas
kedatangan
wisatawan mancanegara ke daerah-daerah wisata indonesia, dan juga
masalah
keamanan yang selama ini diwaspadai. Selain itu,dari sisi kesehatan air
genangan
banjir dapat menyebabkan munculnya bibit-bibit penyakit seperti
malaria
dan demam berdarah yang disebabkan oleh nyamuk, pes yang berasal dari
kotoran
tikus, diare dan gangguan kulit meliputi gatal-gatal, kutu air, kadas dan
kurap
dari air genangan banjir yang kotor. Selain itu, ketika air genangan banjir
mengering
akan meninggalkan sampah-sampah yang berserakan. Hal ini selain
menyebabkan
lingkungan menjadi kotor sehingga tidak sedap dipandang mata,
juga
menimbulkan bibit penyakit yang disebarkan oleh lalat dan berbagai
mikroorganisme
lainnya. Dari sisi sosial keadaan indonesia yang rawan banjir
dapat
menurunkan citra bangsa karena tidak mampu menangani masalah yang
sudah
menjadi “annual problem “ bahkan meluas ke daerah-daerah yang
sebelumnya
merupakan daerah yang aman dari banjir.
2.3
Pengendalian Banjir
Pengendalian
banjir merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya air yang
lebih
spesifik untuk mengontrol hujan dan banjir.pada hakekatnya pengendalian
banjir
merupakan suatu yang kompleks. Dimensi rekayasanya melibatkan banyak
disiplin
ilmu teknik antara lain: Hidrologi, hidraulika, erosi DAS, teknik sungai,
morphologi
& sedimentasi sungai, rekayasa sistem pengendalian banjir, sistem
drainase
kota, bangunan air dll. Di samping itu suksesnya program pengendalian
banjir
juga tergantung dari aspek lainnya yang menyangkut sosial, ekonomi,
lingkungan,
institusi, kelembagaan, hukum dan lainnya.
Gambar
1. pengendalian banjir metode struktur dan non struktur
Metode
Struktur (Dengan Bangunan)
Pengendalian
Banjir
Metode
S truktur Metode N on S truktur
Perbaikan
dan Pengaturan
Sistem
Sungai
Sistem
jaringan sungai
Normalisasi
Sungai
Perlindungan
Tanggul
Tanggul
Banjir
Sudetan
(By pass)
Flooway
Bangunan
Pengendali Banjir
Bendungan
(dam)
Kolam
Retensi
Pembuatan
check dam
(Penangkal
sedimen)
Bangunan
pengurang
kemiringan
sungai
Groundsill
Retarding
Basin
Pembuatan
Polder
Pengelolaan
DAS
Pengaturan
Tata Guna Lahan
Pengendalian
erosi
Pengembangan
daerah banjir
Penanganan
Kondisi Darurat
Peramalan
Banjir
Peringatan
Bahaya Banjir
Asuransi
Law
Enforcement
Pada
dasarnya kegiatan penanggulangan banjir adalah suatu kegiatan yang
meliputi
aktifitas sebagai berikut :
Mengenali besarnya debit banjir
Mengisolasi daerah genangan banjir
Mengurangi tinggi elevasi air banjir
Kegiatan
penanggulangan banjir dengan bangunan pada umumnya mencakup
kegiatan
berikut:
Perbaikan sungai atau pembuatan tanggul banjir untuk mengurangi besarnya
resiko
banjir di sungai.
Pembuatan saluran (floodway) untuk mengalirkan sebagian atau seluruh air
sungai.
Pengaturan sistem pengaliran untuk mengurangi debit puncak banjir, dengan
bangunan
seperti bendungan, kolam retensi dll.
Untuk
menunjang keberhasilan pengendalian banjir diperlukan kegiatan
pengelolaan
dan perbaikan sungai, untuk meningkatkan kapasitas sungai
pekerjaan
ini meliputi :
Menambah dimensi tampang alur sungai
Memperkecil nilai kekasaran alur sungai
Pelurusan atau pemendekan alur sungai pada sungai berbelok atau
bermeander.
Pengendalian transpor sedimen.
Banjir
da n K ekeringan – K elompok 1 14
Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis bangunan
pengendalian
banjir adalah sebagai berikut :
Pengaruh regim sungai terutama erosi dan sedimentasi dan hubungannya
dengan
biaya pemeliharaan.
Kebutuhan perlindungan erosi di daerah kritis
Pengaruh bangunan terhadap lingkungan
Pengaruh bangunan terhadap kondisi aliran di sebelah hulu dan sebelah
hilirnya
Bangunan
Pengendali Banjir
Bendungan
Kolam penampungan
Tanggul Penahan Banjir
Saluran By pass
Sistem pengerukan/normalisasi alur sungai
Sistem drainase khusus
1.
Bendungan
Bendungan
digunakan untuk menampung dan mengelola distribusi aliran sungai.
Pengendalian
diarahkan untuk mengatur debit air sungai di sebelah hilir
bendungan.
Faktor-faktor yang digunakan dalam pemilihan lokasi bendungan
adalah
sebagai berikut :
Lokasi mudah dicapai
Banjir
da n K ekeringan – K elompok 1 15
Topografi daerah memadai
Kondisi geologi tanah
Ketersediaan bahan bangunan
Tujuan serbaguna
Pengaruh bendungan terhadap lingkungan
Umumnya bendungan terletak di sebelah hulu daerah yang
dilindungi
2.
Kolom retensi (penampungan)
Seperti
halnya bendungan, kolom penampungan berfungsi untuk menyimpan
sementara
debit sungai sehingga puncak banjir dapat dikurangi. Wilayah yang
digunakan
untuk kolom penampungan biasanya di daerah dataran rendah atau
rawa.
Dengan perencanaan dan pelaksanaan tataguna lahan yang baik, kolom
penampungan
dapat digunakan untuk pertanian.
3.
Tanggul Penahan Banjir
Tanggul
banjir adalah penghalang yang di desain untuk menahan air banjir di
palung
sungai untuk melindungi daerah di sekitarn ya. Tanggul banjir sesuai untuk
daerah-daerah
dengan memperhatikan faktor-faktor berikut :
Dampak tanggul terhadap regim sungai
Tinggi jagaan dan kapasitas debit sungai pada bangunan-bangunan sungai
misalnya
jembatan.
Banjir
da n K ekeringan – K elompok 1 16
Ketersediaan bahan bangunan setempat
Syarat-syarat teknis dan dampaknya terhadap pengembangan wilayah
Hidrograf banjir yang lewat
Pengaruh limpasan, penambangan, longsoran dan bocoran
Pengaruh tanggul terhadap lingkungan
Elevasi muka air yang lebih tinggi di alur sungai
Lereng tanggul dengan tepi sungai yang relatif stabil
4.
Saluran By pass
Saluran
by pass adalah saluran yang digunakan untuk mengalihkan sebagian atau
seluruh
aliran air banjir dalam rangka mengurangi debit banjir pada daerah yang
dilindungi.
Biaya pelaksanaan yang relatif mahal
Kondisi topografi dari rute alur baru
Bangunan terjunan mungkin diperlukan di saluran by pass untuk mengontrol
kecepatan
air dan erosi
Kendala-kendala geologi timbul sepanjang alur by pass
Penyediaan air dengan program pengembangan daerah sekitar sungai
Kebutuhan air harus tercukupi sepanjang aliran sungai asli di bagian hilir dari
lokasi
percabangan
Pembagian air akan berpengaruh pada sifat alami daerah hilir mulai dari lokasi
percabangan
by pass
5.
Sistem pengerukan/normalisasi alur sungai
Banjir
da n K ekeringan – K elompok 1 17
Dasar
sungai yang sudah dangkal akibat pengendapan harus dikeruk untuk
memperdalam.
Sementara itu apabila memungkinkan, batas sungai kanan dan kiri
juga
diperlebar. Metode ini dapat meningkatkan kemempuan penampungan
kelebihan
air dan memperlancar aliran.
6.
Sistem drainase khusus
Sistem
drainase khusus sering diperlukan untuk memindahkan air dari daerah
rawan
banjir karena drainase yang buruk secara alami atau karena ulah manusia.
Sistem
ini biasanya digunakan untuk situasi berikut :
Daerah perkotaan dimana drainase alami tidak memadai
Digunakan untuk melindungi pantai dari pengaruh gelombang.
Daerah genangan/bantuan banjir dengan bangunan flood wall penahan banjir
Metode
Non-Struktur
Analisis
pengendalian banjir dengan tidak menggunakan bangunan pengendali
akan
memberikan pengaruh cukup baik terhadap regim sungai. Contoh aktifitas
penanganan
tanpa bangunan adalah sebagai berikut :
Pengelolaan DPS untuk mengurangi limpasan air hujan DPS
Kontrol pengembangan daerah genangan termasuk peraturan-peraturan
penggunaan
lahan.
Konstruksi gedung atau bangunan yang dibuat tahan banjir atau tahan
air
Sistem peringatan dan ramalan banjir
Banjir
da n K ekeringan – K elompok 1 18
Rencana asuransi nasional atau perorangan
Rencana gerakan siap siaga dalam keadaan darurat banjir
Pengoperasian cara kerja pengendalian banjir
Partisipasi masyarakat
Untuk
mendukung kedua metode di atas perlu dilakukan juga penghijauan.
Dengan
melakukan penanaman pohon-pohon di kawasan tangkapan hujan, dapat
meningkatkan
daya resap tanah terhadap air hujan. Semakin banyak pohon yang
ditanam
maka semakin banyak pula jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah
sehingga
tidak langsung mengalir menjadi surface runoff.
Cara
penanganan pengendalian banjir secara umum
Pengendalian
banjir pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun
yang
penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang
paling
optimal. Kegiatan pengendalian banjir menurut lokasi/daerah
pengendaliannya
dapat dikelompokkan menjadi dua (2) :
1.
Bagian atas : yaitu dengan membangun dam pengendali banjir yang dapat
memperlambat
waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir,
pembuatan
waduk lapangan yang dapat merubah pola hidrograf banjir dan
penghijauan
di Daerah Aliran Sungai.
2.
Bagian hilir, yaitu dengan melakukan normalisasi alur sungai dan tanggul,
sudetan
pada alur yang kritis; pembuatan alur pengendali banjir atau flood
way;
pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin dsb.
Banjir
da n K ekeringan – K elompok 1 19
Sedangkan
menurut teknis penanganan pengendalian banjir dapat dibedakan
menjadi
dua yaitu :
1.
Pengendalian banjir secara teknis (metode struktur)
2.
pengendalian banjir secara non teknis (metode non-struktur)
Semua
kegiatan tersebut di atas adalah dilakukan dengan tujuan untuk
mengalirkan
debit banjir ke laut secepat mungkin dengan kapasitas cukup di
bagian
hilir dan menurunkan serta memperlambat debit banjir di hulu, sehingga
tidak
mengganggu daerah-daerah peruntukan di se panjang sungai.
2.4
Kekeringan
Kekeringan
adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam
masa
yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya
kejadian
ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah
hujan
di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan
kekeringan
karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi),
transpirasi,
ataupun penggunaan lain oleh manusia.
Kekeringan
dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu
wilayah
kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan
ekosistem
yang ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan
merupakan
suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat
berbeda-beda.
Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif
dapat
pula menyebabkan kerusakan yang signifikan
Banjir
da n K ekeringan – K elompok 1 20
BAB
III
KESIMPULAN
Permasalahan
banjir di wilayah perkotaan banyak disebabkan oleh kapasitas
saluran
yang tidak mampu menempung air permukaan, terutama pada saat musim
hujan.
Berdasarkan hasil makalah, dapat dikethui bahwa dari 13 faktor penyebab
banjir,
delapan diantaranya merupakan kesalahan manusia.
Perumbuhan
penduduk yang pesat berpadu dengan pengelolaan sumber daya yang
kurang
efektif menyebabkan banjir menjadi semakin sering, mendadak dan parah
dampaknya.
Langkah-langkah
yang dilkukan untuk mengendalikan banjir ada dua metode
yaitu
secara struktural dan non struktural.
Banjir
da n K ekeringan – K elompok 1 21
DAFTAR
PUSTAKA
A,Chay.
1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Gajah Mada
University
Press. Yogyakarta.
S,Suyono.
1978. Hidrologi untuk Pengairan. PT.Pradnya Paramita. Jakarta
L,Ray.K
dan F,Joseph.B. 1991. Teknik Sumber Daya Air. Erlangga. Jakarta
http://www.suaramerdeka.com/harian/0301/03/slol2.htm
http://suarapublik.org//Cetak/Edisi_10/page2.html
www.google.com
Banjir
da n K ekeringan – K elompok 1 22
Banjir da n K ekeringan – K elompok 1 23
Langganan:
Postingan (Atom)